ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. SELAMAT DATANG DI WEBSITE KELOMPOK KERJA PENYULUH KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KOTA JAKARTA SELATAN !!!

PROBLEMATIKA PSYKOLOGIS PENYULUH DAN SOLUSINYA

08 Maret 2017

PROBLEMATIKA PSIKOLOGIS PENYULUH DAN SOLUSIMYA
Oleh : Nana Ali Syahbana
PAIF Kec. Pasar Minggu 
 
Pertemuan Bulanan PAIF Jaksel di Mesjid Ittihad Kemenag Jaksel Rabu 8 Februari 2017
I.                   PENDAHULUAN

Dakwah adalah ajakan yang mengharuskan pelakunya untuk dapat meyakinkan orang yang diajak agar mengikuti apa –apa yang diinginkan oleh pelaku. Hal ini memiliki metode sendiri agar ajakan tersebut dapat diterima dan diikuti oleh orang yang diajak.
 Islam sebagai agama dakwah menitikberatkan ajakan tersebut dengan sangat halus dan penuh kasih sayang, tentunya dengan tidak menafikan ketegasan di dalamnya. Setting sejarah banyak bercerita tentanghal ini, betapa banyak problematika yang dihadapi Rasulullah saw dalam mendakwahkan agama Allah ini. Sejak periode Mekkah sampai periode Madinah, dilanjutkan dengan masa generasi sahabat, thabi’in  dan seterusnya menghasilkan maha karya yang indah dalam bingkai sejarah kehidupan anak manusia yaitu dengan keberhasilan Islam hingga ke era sekarang ini dan seterusnya.
Tekhnik pelaksanaaan dakwahpun berkembang seiring perkembangan zaman, budaya dan tekhnologi, dari yang klasik sampai yang modern, dari pengajian lekaran sampai seminar-seminar dan lain-lain. Majelis Ta’lim yang menjadi tonggak risalah ilahiyahpun sebagai media dakwah yang peranannya sudah mulai dimarginalkan, padahal Majelis-majelis Ta’lim yang mencerdaskan seluruh komponen masyarakat. Mengapa hal ini bisa terjadi?. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh strategi penyampaian dakwah itu sendiri. Apa dan bagaimana strategi dakwah Rasulullah Saw, sehingga keberhasilan dakwahnya dengan waktu yang amat singkat dapat menjadikan Islam sebagai agama yang mendunia? Tentunya dengan dipandu oleh Al-Qur’an menjadikan dakwah Rasulullah Saw sebagai acuan bagi Penyuluh dalam mengembangkan kemampuan dan kreasi dalam pendekatan atau strategi yang dilakukan kepada masyarakat atau ummat pada saat ini.  Oleh karena itu salah satu persoalan yang ingin kami angkat adalah problematika psikologis Penyuluh dan solusinya.



II.                DEFINISI PENYULUH

Aktifitas dakwah pada hakikatnya adalah menyampaikan materi dakwah (mengajak, mengajar, mendengarkan dan sebagainya) kepada objeknya untuk mencapai tujuan. Sedangkan materi dakwah itu selalu bersifat religius (psychis), maka dalam penyampaiannya memerlukan cara-cara atau strategi yang baik (efektif dan efisien) agar apa yang dismpaikan mudah diterima. Maka dalam penentuan strategi dakwah haruslah diperhatikan dan mempertimbangkan factor tujuan yabg ingin dicapai, kemampuan da’i, metode, objek dakwah dan media dakwah.
Definisi dakwah menurut syekh Ali Mahfuz dalam salah satu kitabnya Bidayatul Mursyidin adalah proses usaha manusia mengajak kepada manusia yang lain untuk kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar yang semuanya bertujuan terwujudnya kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Penyuluh secara bahasa merupakan arti kata dari bahasa Inggris counseling, yang sering diterjemahkan menganjurkan atau menasehatkan.
Penyuluh dalam keputusan Menteri agama, seperti yang termaktub dalam keputusan Menteri Agama Nomor 791 Tahun 1985 adalah: Pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Penyuluh Agama Islam yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui Bahasa Agama. Sedangkan dalam keputusan MENKOWASBANG PAN/ No.45/ KP/ MK WASPAN/9/1999 tentang penyuluh agama PNS adalah: Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab dan wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan penyuluhan agama dan pembangunan Masyarakat melalui bahasa agama.


III.             PROBLEMATIKA PSIKOLOGIS PENYULUH

Sebagai seorang yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan penyulluhan agama dan pembangunan masyarakat melalui bahasa agama, penyuluh haruslah seseorang yang memiliki kemampuan dan semangat melakukan penyuluhan. Kenyataannya  di lapangan dalam melaksanakan tugasnya penyuluh tidak lepas dari masalah masalah yang dihadapi. Masalah-masalah bisa berasal dari dalam diri penyuluh itu sendiri  Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataaan. Hal ini tentulah menjadi sebuah persoalan yang membutuhkan pemikiran dan jalan keluar agar kegiatan dakwah tetap bisa tetap berlangsung dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.  Mencermati kegiatan penyuluhan yang telah berlangsung selama ini penulis membagi tipe penyuluh ke dalam empat kategori, yaitu:

1.      Penyuluh yang memiliki kemampuan tetapi kurang semangat dalam melakukan penyuluhan.
2.      Penyuluh yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melakukan penyuluhan.
3.      Penyuluh yang kurang memiliki kemampuan dan juga kurang semangat
dalam melakukan penyuluhan.
4.      Penyuluh yang memiliki kemampuan dan semangat dalam melakukan penyuluhan.
Kurangnya semangat dan  kurangnya kemampuan adalah problematika psikologis seorang penyuluh. Penyuluh dengan empat kategori di atas di atas harus menjadi perhatian dari setiap penyuluh karena akan mempengaruhi kompetensi yang harusnya dimiliki oleh seorang Aparatur Sipil Negara. Kompetensi itu sebagaimana terdapat dalam buku Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (2002) adalah:
1.     Kompetensi teknis
Kompetensi teknis yaitu kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokoknya. Hal tersebut dapat diartikan seorang Penyuluh Agama harus memiliki berbagai kemampuan, seperti membuat perencanaan, tahapan-tahapan kegiatan penyuluhan, serta perangkat pendukung untuk mencapai keberhasilan penyuluhan.
2.      Kompetensi Manajerial
Kompetensi manajerial yaitu kompetensi yang berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas-tugas organisasi. Hal diatas berkaitan dengan konsolidasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik antar Penyuluh maupun dengan pimpinan serta lembaga terkait lainnya.


3.      Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam melakanakan tugas pokoknya. Seorang Penyuluh Agama  hendaknya juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan berbagai pihak, serta menguasai berbagai method dalam melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.

4.      Kompetensi Intelektual
Kompetensi Intelektual yaitu kemampuan untuk berfikir secara strategis dengan visi jauh ke depan. Penyuluh Agama juga perlu meningkatkan kemampuan intelektual dengan memperbanyak membaca, menelaah tema-tema yang berkaitan dengan kemasyarakatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya.

IV.       SOLUSI

Berdasarkan uraian di atas penulis menggarisbawahi tiga type penyuluh dengan solusi yang dapat dilakukan:

1.      Penyuluh yang memiliki kemampuan tetapi kurang semangat dalam melakukan penyuluhan.
Dalam proses penyuluhan hal yang tidak kalah penying dari yangl ainnya adalah bagaimana menumbuhkembangkan semangat dalam diri seorang Penyuluh Agama sendiri, yaitu dengan beberapa hal diantaranya dengan kokohkan tekad untuk menjadi seorang pejuang yang berjuang untuk mensyiarkan agama Allah di masyarakat.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan semangat adalah bahwa yang kita lakukan adalah semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk mencari materi saja, dan tumbuhkan rasa percaya diri yang besar sebagai seorang Penyuluh Agama Islam.

2.      Penyuluh yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melaksanakan penyuluhan.
Bagi seorang Penyuluh yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melaksanakan Penyuluhan, maka yang bersangkutan perlu untuk meningkatkan kemampuan dirinya, dengan memperbanyak mengikuti pelatihan, pendidikan, kursus-kursus maupun berbagai pengajian yang bermanfaat menambah penguasaan materi dan kemampuan penguasaan methode atau cara yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesan agama maupun pembangunan kepada masyarakat yang menjadi obyek penyuluhannya.

3.      Penyuluh yang kurang memiliki kemampuan dan kurang semangat dalam melaksanakan penyuluhan.
Bagi penyuluh dengan persoalan kurang memiliki kemampuan dan kurang semangat dalam melaksanakan tugas penyuluhan hendaknya dapat mencari informasi yang mendukung motivasinya untuk menjalankan tugas sebagai penyuluh. Belajar dari dasar tentang dakwah dan kepenyuluhan sangatlah penting dilakukan. Tanamkan dalam diri bahwa penyuluh adalah sebuah tugas yang membutuhkan ilmu dan keterampilan bukan sekedar jabatan.

V.          PENUTUP

Dari uraian di atas penulis memberikan intisari atau kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penyuluh adalah profesi yang mulia yang harus didukung dengan kemampuan keilmuan yang cukup sehingga mampu memberikan hasil yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya.
2.      Penyuluh harus senantiasa membengkitkan semangat dalam tugasnya sebagai sebuah perjuangan yang membutuhkan totalitas pengabdian di jalan Allah SWT.
3.      Insitusi atau lembaga yang menaungi Penyuluh agar memberikan berbagai hal yang mendukung keberhasilan tugas Penyuluh, diantaranya pendidikan atau pelatihan, dan penghargaan atau reward serta sarana yang sesuai dengan kebutuhan Penyuluh.















Artikel Terkait :



0 comments

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini :

 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI WEBSITE INI, KRITIK DAN SARAN SILAHKAN TULIS DI BUKU TAMU !!!