PROBLEMATIKA
PSIKOLOGIS PENYULUH DAN SOLUSIMYA
Oleh : Nana Ali Syahbana
PAIF Kec. Pasar Minggu
I.
PENDAHULUAN
Dakwah adalah ajakan
yang mengharuskan pelakunya untuk dapat meyakinkan orang yang diajak agar
mengikuti apa –apa yang diinginkan oleh pelaku. Hal ini memiliki metode sendiri
agar ajakan tersebut dapat diterima dan diikuti oleh orang yang diajak.
Islam sebagai agama dakwah menitikberatkan
ajakan tersebut dengan sangat halus dan penuh kasih sayang, tentunya dengan
tidak menafikan ketegasan di dalamnya. Setting sejarah banyak bercerita
tentanghal ini, betapa banyak problematika yang dihadapi Rasulullah saw dalam
mendakwahkan agama Allah ini. Sejak periode Mekkah sampai periode Madinah,
dilanjutkan dengan masa generasi sahabat, thabi’in dan seterusnya menghasilkan maha karya yang
indah dalam bingkai sejarah kehidupan anak manusia yaitu dengan keberhasilan
Islam hingga ke era sekarang ini dan seterusnya.
Tekhnik pelaksanaaan
dakwahpun berkembang seiring perkembangan zaman, budaya dan tekhnologi, dari
yang klasik sampai yang modern, dari pengajian lekaran sampai seminar-seminar
dan lain-lain. Majelis Ta’lim yang menjadi tonggak risalah ilahiyahpun sebagai
media dakwah yang peranannya sudah mulai dimarginalkan, padahal Majelis-majelis
Ta’lim yang mencerdaskan seluruh komponen masyarakat. Mengapa hal ini bisa
terjadi?. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh strategi penyampaian dakwah
itu sendiri. Apa dan bagaimana strategi dakwah Rasulullah Saw, sehingga
keberhasilan dakwahnya dengan waktu yang amat singkat dapat menjadikan Islam
sebagai agama yang mendunia? Tentunya dengan dipandu oleh Al-Qur’an menjadikan
dakwah Rasulullah Saw sebagai acuan bagi Penyuluh dalam mengembangkan kemampuan
dan kreasi dalam pendekatan atau strategi yang dilakukan kepada masyarakat atau
ummat pada saat ini. Oleh karena itu
salah satu persoalan yang ingin kami angkat adalah problematika psikologis
Penyuluh dan solusinya.
II.
DEFINISI PENYULUH
Aktifitas dakwah pada
hakikatnya adalah menyampaikan materi dakwah (mengajak, mengajar, mendengarkan
dan sebagainya) kepada objeknya untuk mencapai tujuan. Sedangkan materi dakwah
itu selalu bersifat religius (psychis), maka dalam penyampaiannya memerlukan
cara-cara atau strategi yang baik (efektif dan efisien) agar apa yang
dismpaikan mudah diterima. Maka dalam penentuan strategi dakwah haruslah
diperhatikan dan mempertimbangkan factor tujuan yabg ingin dicapai, kemampuan
da’i, metode, objek dakwah dan media dakwah.
Definisi dakwah
menurut syekh Ali Mahfuz dalam salah satu kitabnya Bidayatul Mursyidin adalah proses usaha manusia mengajak kepada manusia
yang lain untuk kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar yang semuanya bertujuan terwujudnya kebahagiaan manusia baik di dunia
maupun di akhirat.
Penyuluh secara bahasa
merupakan arti kata dari bahasa Inggris counseling, yang sering diterjemahkan
menganjurkan atau menasehatkan.
Penyuluh dalam
keputusan Menteri agama, seperti yang termaktub dalam keputusan Menteri Agama
Nomor 791 Tahun 1985 adalah: Pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan
mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Penyuluh Agama Islam
yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan
kepada Allah SWT serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui Bahasa
Agama. Sedangkan dalam keputusan MENKOWASBANG PAN/ No.45/ KP/ MK WASPAN/9/1999
tentang penyuluh agama PNS adalah: Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan
tanggung jawab dan wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan penyuluhan agama dan pembangunan Masyarakat melalui bahasa agama.
III.
PROBLEMATIKA
PSIKOLOGIS PENYULUH
Sebagai seorang yang
diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
berwenang untuk melaksanakan penyulluhan agama dan pembangunan masyarakat
melalui bahasa agama, penyuluh haruslah seseorang yang memiliki kemampuan dan
semangat melakukan penyuluhan. Kenyataannya di lapangan dalam melaksanakan tugasnya
penyuluh tidak lepas dari masalah masalah yang dihadapi. Masalah-masalah bisa
berasal dari dalam diri penyuluh itu sendiri Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan
dan kenyataaan. Hal ini tentulah menjadi sebuah persoalan yang membutuhkan
pemikiran dan jalan keluar agar kegiatan dakwah tetap bisa tetap berlangsung
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Mencermati kegiatan penyuluhan yang telah berlangsung selama ini penulis
membagi tipe penyuluh ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Penyuluh
yang memiliki kemampuan tetapi kurang semangat dalam melakukan penyuluhan.
2. Penyuluh
yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melakukan penyuluhan.
3. Penyuluh
yang kurang memiliki kemampuan dan juga kurang semangat
dalam melakukan
penyuluhan.
4. Penyuluh
yang memiliki kemampuan dan semangat dalam melakukan penyuluhan.
Kurangnya semangat dan kurangnya kemampuan adalah problematika
psikologis seorang penyuluh. Penyuluh dengan empat kategori di atas di atas
harus menjadi perhatian dari setiap penyuluh karena akan mempengaruhi
kompetensi yang harusnya dimiliki oleh seorang Aparatur Sipil Negara.
Kompetensi itu sebagaimana terdapat dalam buku Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (2002) adalah:
1. Kompetensi
teknis
Kompetensi teknis
yaitu kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas pokoknya. Hal tersebut
dapat diartikan seorang Penyuluh Agama harus memiliki berbagai kemampuan,
seperti membuat perencanaan, tahapan-tahapan kegiatan penyuluhan, serta
perangkat pendukung untuk mencapai keberhasilan penyuluhan.
2. Kompetensi
Manajerial
Kompetensi manajerial
yaitu kompetensi yang berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang
dibutuhkan dalam menangani tugas-tugas organisasi. Hal diatas berkaitan dengan
konsolidasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik antar Penyuluh maupun
dengan pimpinan serta lembaga terkait lainnya.
3. Kompetensi
sosial
Kompetensi sosial
yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam
melakanakan tugas pokoknya. Seorang Penyuluh Agama hendaknya juga memiliki kemampuan untuk
bersosialisasi dengan berbagai pihak, serta menguasai berbagai method dalam melaksanakan
penyuluhan kepada masyarakat.
4. Kompetensi
Intelektual
Kompetensi Intelektual
yaitu kemampuan untuk berfikir secara strategis dengan visi jauh ke depan.
Penyuluh Agama juga perlu meningkatkan kemampuan intelektual dengan
memperbanyak membaca, menelaah tema-tema yang berkaitan dengan kemasyarakatan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya.
IV. SOLUSI
Berdasarkan uraian di
atas penulis menggarisbawahi tiga type penyuluh dengan solusi yang dapat
dilakukan:
1. Penyuluh
yang memiliki kemampuan tetapi kurang semangat dalam melakukan penyuluhan.
Dalam proses
penyuluhan hal yang tidak kalah penying dari yangl ainnya adalah bagaimana
menumbuhkembangkan semangat dalam diri seorang Penyuluh Agama sendiri, yaitu
dengan beberapa hal diantaranya dengan kokohkan tekad untuk menjadi seorang
pejuang yang berjuang untuk mensyiarkan agama Allah di masyarakat.
Faktor lain yang perlu
diperhatikan dalam membangkitkan semangat adalah bahwa yang kita lakukan adalah
semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk mencari materi saja, dan tumbuhkan
rasa percaya diri yang besar sebagai seorang Penyuluh Agama Islam.
2. Penyuluh
yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melaksanakan penyuluhan.
Bagi seorang Penyuluh
yang kurang memiliki kemampuan tetapi semangat dalam melaksanakan Penyuluhan,
maka yang bersangkutan perlu untuk meningkatkan kemampuan dirinya, dengan
memperbanyak mengikuti pelatihan, pendidikan, kursus-kursus maupun berbagai
pengajian yang bermanfaat menambah penguasaan materi dan kemampuan penguasaan methode
atau cara yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesan agama maupun pembangunan
kepada masyarakat yang menjadi obyek penyuluhannya.
3. Penyuluh
yang kurang memiliki kemampuan dan kurang semangat dalam melaksanakan
penyuluhan.
Bagi penyuluh dengan
persoalan kurang memiliki kemampuan dan kurang semangat dalam melaksanakan tugas
penyuluhan hendaknya dapat mencari informasi yang mendukung motivasinya untuk
menjalankan tugas sebagai penyuluh. Belajar dari dasar tentang dakwah dan
kepenyuluhan sangatlah penting dilakukan. Tanamkan dalam diri bahwa penyuluh
adalah sebuah tugas yang membutuhkan ilmu dan keterampilan bukan sekedar
jabatan.
V.
PENUTUP
Dari uraian di atas
penulis memberikan intisari atau kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyuluh
adalah profesi yang mulia yang harus didukung dengan kemampuan keilmuan yang
cukup sehingga mampu memberikan hasil yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya.
2. Penyuluh
harus senantiasa membengkitkan semangat dalam tugasnya sebagai sebuah
perjuangan yang membutuhkan totalitas pengabdian di jalan Allah SWT.
3. Insitusi
atau lembaga yang menaungi Penyuluh agar memberikan berbagai hal yang mendukung
keberhasilan tugas Penyuluh, diantaranya pendidikan atau pelatihan, dan
penghargaan atau reward serta sarana yang sesuai dengan kebutuhan Penyuluh.
Baca Lebih Lanjut --->>